Hidup di Dua Dunia - Part 1

“Verdiiii! Woy Verdiii!” teriak Ano.
Akupun menjawab “Iya, ada apa!?” sama kerasnya dengan suara Ano tadi.
“Kamu tadi dipanggil-panggil sama guru BK lewat mikrofon, emang kamu gak denger?”
“Oh ngga aku gak denger, emang ada apa sih?” tanyaku pura-pura tak tahu.
Sebetulnya aku sudah tau, paling karena banyaknya masalah yang kutimbulkan di sekolah. Seperti PR yang tak pernah dikerjakan, atau nilai ulangan yang selalu memburuk, atau karena seringnya aku melamun selama jam pelajaran.



“Gak tau, pokoknya kamu ditunggu sekarang di ruang BK.”
“Oh iya okelah entar aku kesana. Makasih ya.”
Akupun berjalan dengan lesu menuju ruang BK. Saat aku tiba di sana, terlihat bu guru BK sedang duduk seperti menunggu kedatangan seseorang.
“Ibu manggil saya?” tanyaku.
“Iya, silahkan duduk.” suruhnya. Aku pun langsung duduk.
“Ibu mendapat laporan dari guru-guru kalau kamu sering banget tidak mengerjakan tugas, dan kamu sering terpegok sedang melamun di kelas. Hmm ibu penasaran kalau boleh tau apa sih yang lagi kamu pikirin sekarang-sekarang ini?” tanyanya dengan suara pelan dan halus.
Namanya juga guru BK, guru BK kan tidak boleh memarahi muridnya dengan keras-keras karena guru BK itu fungsinya untuk membantu murid yang bermasalah dan tujuan utamanya bukan mendisiplinkan murid dengan keras.
“Euh ngga Bu, saya gak lagi mikirin apa-apa kok.” ujarku.
Sebetulnya aku udah lama sering dipanggil ke ruang BK karena masalah-masalah ini. Dan itu bukan kali pertama guru BK tersebut menanyakan hal yang sama.
“Ibu yakin kamu kamu lagi mikirin sesuatu kan akhir-akhir ini? Buktinya walaupun kamu tidak mengobrol selama jam pelajaran, tapi begitu kamu ditanya guru kamu tidak bisa. Malah kamu sering kaget ketika dipanggil. Itu kan ciri-ciri orang yang lagi ngelamun. Iya kan?” tanyanya panjang.