MusicPlaylistView Profile
Create a playlist at MixPod.com

Friday, March 07, 2008

Tips-tips untuk Go International

Sebenarnya saya disini hanya mencoba berbagi, apa saja yang telah kami (Mocca) lakukan. Kita pernah diundang manggung ke beberapa negara, diantaranya : Singapore, Malaysia, Thailand, dan Jepang. Jika kami bisa, kalian pun seharusnya bisa. Walaupun bukan berarti Mocca merupakan ahli dalam urusan 'Go Internasional', banyak juga hal yang kami belum ketahui. Saya disini hanya menggambarkan dari satu sudut pandang saja dari berbagai kemungkinan untuk melakukan go internasional. Sekarang ini banyak sekali versinya. Apakah main di luar Indonesia dihadapan sekumpulan orang Indonesia juga merupakan suatu langkah 'Go Internasional?' Ada yang mengganggap iya, ada yang menganggap tidak. Itu terserah dari penilaian dan anggapan masing-masing pihak saja. Sekarang tugas kita sebagai musisi hanya membuat musik sebagus-bagusnya dan melupakan statement pembenaran yang membuat kita menjadi cepat berpuas diri seperti :“Ternyata musik Indonesia sudah maju, dan tidak kalah dengan musik di luar negeri sana”.

1. Menciptakan karya yang bagus, disini maksudnya orisinil.
Untuk saat ini kita tak perlu berbangga dengan pernyataan: “band saya adalah U2-nya Indonesia”, atau”Muse-nya Indonesia”. Secara logika, buat apa mereka mengundang kita kalau hanya meng-copy band lain? Padahal mereka bisa dengan mudah mengundang band aslinya. Membuat lagu pun seharusnya tidak terikat batasan. Tidak terpatok bahasa maupun jenis musiknya. Banyak yang beranggapan bahwa untuk Go Internasional haruslah menggunakan Bahasa Inggris. Hal ini tidak sepenuhnya benar. Walaupun tidak dipungkiri lirik Mocca memang kebanyakan ber-Bahasa Inggris dan pada kenyataannya sangat memudahkan kita pada saat terjun ke lapangan di negara lain. Hal ini terbukti sangat berguna, terutama dalam komunikasi dengan audience/teknisi panggung maupun dengan penonton. Ada pula anggapan bahwa musik etnik tradisional lebih mudah menembus luar negeri,sebenarnya hal tersebut tergantung dari event yang akan dihadapi dan siapa saja yang akan hadir pada saat pertunjukan. Saat ini banyak sekali referensi musik yang dapat membantu kita dalam menciptakan serta mengolah suatu karya. Cobalah membuat musik yang bagus! (Kecenderungan di Indonesia adalah bagaimana membuat ’musik yang laku’. Perlu kita sadari bahwa musik yang laku belum tentu bagus, sebaliknya musik yang bagus, belum tentu laku.)

2. Rajin mencari Link Record Label.
Kini sangatlah mudah untuk mencari berbagai link melalui fasilitas internet. Kita bisa mempromosikan band kita lewat Website, My Space, Friendster, Mailing List, Blog, dan lain-lain. Banyak band Indonesia yang dirilis di luar negeri karena sukses mempromosikan bandnya via media tersebut. Namun satu hal yang perlu diperhatikan, sebaiknya pilihlah record label yang se-genre dengan musik kita . Jika band kamu ber-genre indie pop, cari lah label yang biasa merilis band bergenre musik ini, misalnya: Fruit records, Rosemary Records, Elefant Records, dll. Pertimbangannya, mereka bisa men-treat dengan benar serta tahu apa yang seharusnya dilakukan untuk mempromosikan band kita. Seperti memilih media yang tepat, menghubungi pihak yang kompeten berkenaan dengan musik kita di negara tersebut, hingga bentuk tour/concert yang ideal. Kebanyakan indie label bergerak atas dasar subjektivitas yang tinggi. Mereka hanya akan merilis sesuatu yang benar-benar mereka sukai. Cara lainnya adalah rajin melihat majalah musik luar negeri, Record Label disana ada ribuan jumlahnya dan biasanya mereka mencantumkan alamat di majalah tersebut. Kirim rilisan band kalian beserta data-data ke alamat tersebut. Semakin sering mengirim ke berbagai record label, semakin besar kemungkinan dirilis di luar sana.

3. Setelah kita dirilis di negara tersebut, langkah selanjutnya adalah mencari informasi tentang Gigs, atau Promotor disana.
Jika memungkinkan, kita bisa meminta pada label yang merilis kita disana untuk membuat gigs promo/tur. Sepertinya kurang optimal apabila kita melakukan pentas di sebuah negara yang tidak merilis musik kita. Setelah orang menyaksikan gigs kita, biasanya mereka tergerak untuk mencari album kita di toko CD. Jika band kita telah dirilis di negara itu jelas hal ini akan berpengaruh baik ke angka penjualan. Saya pribadi tidak terlalu concern dengan penjualan album di luar sana, hal ini lebih baik dipergunakan sebagai tolok ukur untuk mengetahui ‘berapa jumlah orang yang secara antusias mendengarkan serta menghargai musik kita’ (Ini bukan statement pembenaran).

Syarat utama yang harus dipenuhi jika kita mendapat gigs di luar adalah: “Siap berangkat dari nol lagi”. Banyak band-band besar Indonesia yang ingin Go Internasional tapi tidak bisa menerima konsekuensi ini. Harus diingat biaya hidup negara satu dan lainnya berbeda. Jumlah personel yang ikut serta dalam rombongan jelas mempengaruhi biaya akomodasi. Hingga kadang untuk meng- optimalkan rombongan, kita harus berangkat tanpa anggota kru. Dari mengangkat hingga memasang peralatan harus dilakukan sendiri oleh para personel band.
Jangan pernah terpikir bahwa band yang main di luar negeri itu selalu mendapat fee yang lebih. Kadang-kadang justru band tersebut harus berswadaya untuk mencari dana. Mocca pernah melakukan hal ini pada tur Singapore-Malaysia 2005 lalu lewat pencarian dana ke beberapa Clothing Company di Bandung, serupa halnya dengan The S.I.G.I.T yang beberapa bulan kemarin melakukan tur di Australia.
Mungkin ada beberapa band yang fee nya dibayar lebih. Tapi bagi kami (Mocca) main di luar negeri merupakan sebuah petualangan dan pencarian pengalaman baru. Tidak semua orang mendapatkan kesempatan ini: ‘melakukan sesuatu yang kita senangi (main musik), tapi dibiayai jalan-jalan dengan gratis!’. Disana kita dapat belajar untuk ‘membetulkan’ berbagai sistem yang kita selama ini sudah kita anggap benar, sebab ternyata masih banyak cara yang lebih tepat dan efisien untuk menjalankan sesuatu, seperti dalam hal pengoperasian sound system, tata cahaya, sistematika kerja di atas panggung/dibelakang panggung, sistem pre-produksi sampai sistem promosi yang baik dan benar. Bagi kami, sepulang main dari luar negeri secara otomatis kami wajib melakukan upgrade dalam sistematika kerja band. Hal ini sangat kami rasakan sepulang dari Singapura, sistem kerja mereka yang rapi, efisien, serta pemanfaatan fasilitas yang maksimal, membuat kami kini terbiasa untuk mempraktekkan etos kerja tersebut.

4. Setelah band kita mendapat undangan, jangan lupa mempersiapkan mental dan financial yang cukup.
Dari berbagai negara yang telah Mocca kunjungi, ada beberapa negara yang sangat strict serta menghargai ketepatan waktu. On-time! Ini adalah issue yang amat crucial di luar sana. Paspor, visa, fiskal, dan lain-lain, adalah urusan birokrasi yang juga harus kita persiapkan sejak jauh-jauh hari. Walaupun terdengar sepele, hal ini akan sangat menyita energi dan waktu, bahkan ada beberapa band yang sudah sampai tahap diundang, namun urung tampil karena tersandung oleh visa yang tak kunjung terbit. Seperti yang sudah saya ungkapkan di poin sebelumnya, tidak semua band yang diundang main ke luar negeri akan mendapatkan fee penuh, bahkan terkadang terpaksa membiayai sendiri perjalanannya. Mungkin ini saatnya bagi promotor besar di Indonesia (atau bahkan negara kita) mulai berpikir untuk meng-ekspor musisi kita ke luar negeri. Ini merupakan promosi yang sangat baik untuk kepentingan bersama, seperti yang pernah dilakukan oleh Pemda Makassar dalam membiayai Fadly (vokalis dari band Padi) untuk tur bersama band Discuss keliling Eropa sebagai duta dari Makassar. Sebuah langkah bagus yang patut untuk ditiru.


I would never give up and never give in what I believe!

URGENT: Bandung Sangat Membutuhkan Gedung atau Tempat yang Layak Untuk Anak Muda Dalam Berkesenian dan Berekspresi

Seperti kita ketahui semua, berita yang memilukan dalam dunia musik di Indonesia menyebar pesat sedunia, ketika 11 anak muda tewas setelah usai menonton konser launching album dari Beside yang diselenggarakan pada tanggal 9 Februari 2008 di gedung Asia Africa Cultural Center (AACC) Bandung. Kejadian tersebut sebenarnya terjadi setelah konser sukses dan selesai dengan aman. Namun insiden terjadi ketika massa yang di dalam gedung ingin keluar, sedangkan massa diluar gedung yang belum tahu acara sudah selesai, memaksa untuk masuk. Dan terjadilah hal yang tidak diinginkan oleh semua pihak. Insiden masa yang berdesakan dengan berlawanan arah mengakibatkan 11 penonton tewas. 9 di tempat dan 2 di rumah sakit. Namun bagaimanapun juga, dengan tragedi tersebut, sudah semestinya lahir ide, pemikiran dan pemahaman-pemahaman baru untuk dapat merakit solusi satu persatu dari semua pihak.

Bandung, Dago Tea House, 16 Februari 2008 adalah tempat dan waktu dimana pihak-pihak yang terlibat dan peduli berkumpul di satu forum. Forum tersebut diberi nama ; "TOR Equal Fest 2008: Malam Seribu Lilin Untuk Korban Insiden Sabtu Kelabu". Acara tersebut adalah dalam rangka menyikapi insiden Sabtu Kelabu yang menelan 11 korban nyawa dalam konser launching album kelompok band Beside. Acara ini juga diharapkan dapat menjadi forum rekonsiliasi yang membangun pemahaman baru akan kultur anak muda di kota Bandung. Selain itu, acara ini diharapkan dapat menjadi momentum pembelajaran atas insiden yang terjadi. Bagaimanapun harus diakui bahwa perkembangan komunitas dan musik underground di kota Bandung telah menjadi pergerakan kultur baru yang mampu melahirkan karya dan kesempatan ekonomi baru di kalangan anak muda kota Bandung.

Acara saat itu berlangsung cukup hikmat dan mendapat apresiasi yang luar biasa dengan penuhnya kursi yang di sediakan di dalam gedung Dago Tea House. Terlihat berbagai media dan berbagai elemen masyarakat hadir dalam forum tersebut. Yang menjadi pembicara dalam forum tersebut adalah: Gustaff Iskandar (MC), Kimung & Addy Handi (perwakilan komunitas Ujung Berung Rebels), Dr. Teddy Hidayat (Psikiater RSHS), Tisna Sanjaya (seniman lukis senior/budayawan), Marison (perwakilan orang tua korban), Drs. H.I Budhyana, M,Si (Kadisbudpar Jabar), Yesmil Anwar (Pakar hukum Unpad Bandung). Forum ini juga diisi oleh pertunjukan dari Anak Jalanan Rumah Musik Harry Roesli (RMHR), Pembacaan Puisi dari perwakilan komunitas, Perwakilan Hip-hop Bandung dan penampilan dari Homogenic. Pada pembukaan, Addy Handi (dikenal juga sebagai vokalis Forgotten), menyentil bahwa "komunitas saat ini juga terlalu sibuk dengan dirinya masing-masing. Sibuk membicarakan bahan kaos apa yang sedang laku di pasaran, sablon seperti apa yang sedang bagus, bagaimana membuat musik kita laku, tanpa memikirkan bahwa komunitas kita semakin membesar dan tidak teredukasi. Di akhir 90'an komunitas masih aktif membuat edukasi melalui media zine atau newsletter, namun sekarang komunitas lebih sibuk dengan hal-hal yang lebih materiil". Sebuah pembukaan yang cukup "membangunkan" dan "mengingatkan" komunitas underground/indie untuk kembali memberikan edukasi kepada "scene"-nya. Boleh kita mengejar materi, tapi jangan juga melupakan darimana kita berasal dan apa saja yang harus kita kontribusikan kepada roots kita. Clothing, acara musik, dan hal-hal yang berada di kultur indie bisa besar seperti sekarang itu berawal karena pergerakan dari musik dan teman-teman band yang peduli dalam membesarkan scene. Untuk itu, setiap individu yang peduli terhadap scene indie/underground ada baiknya memelihara dan terus meningkatkan kualitas intelejensi agar supaya scene ini tetap lestari dan berkembang. Menurut bapak Tisna Sanjaya, tekad pembangunan seni pertunjukan sendiri tersebut harus muncul dan datangnya dari kalangan dan pelaku seni. "Dengan pembangunan seperti itu, kita akan bebas berekspresi tanpa harus menunggu dan menanti akan adanya gedung pertunjukan yang selalu dijanjikan pemerintah". Yesmil juga mengungkapkan bahwa tragedi yang sudah lalu bukanlah sebuah kriminalitas, namun lebih kepada kelalaian. Musibah ini adalah konteks budaya, jadi kita harus menghadapinya bersama-sama.

Sangat disayangkan juga, acara ini tidak di hadiri oleh pihak dari Kapolda Jawa Barat. Padahal forum ini akan sangat efektif apabila dihadiri oleh Kapolda Jawa Barat, mengingat kejadian ini harus ditanggung bersama-sama dan diharapkan dengan forum ini, segala solusi bisa terungkap dan memperjelas birokrasi kedepannya yang harus di laksanakan oleh para penyelenggara acara di Bandung. Kepala Dinas Kebudayaan dan Pariwisata Jabar Budhyana mengakui, pemerintah belum mempunyai fasilitas yang memadai untuk menyalurkan potensi kawula muda. Menurutnya, selain fasilitas, regulasi juga harus diperbaiki. Bebi, mewakili Beside juga mengukapkan keprihatinannya atas kejadian yang terjadi. Kejadian yang benar-benar diluar dugaan dan tidak diharapkan juga oleh semua pihak, terus berbekas dan menghantui pihak Beside. Untuk itu, Bebi mengatakan kepada forum "semoga masyarakat tidak jijik melihat kami, karena ini semua diluar kuasa kami" dengan suara yang lirih. Ya, tentunya masyarakat seharusnya bisa membuka pikirannya dengan kejadian "force major" tersebut. Dalam kesempatan itu juga, perwakilan dari Beside dan Solidaritas Independent Bandung menyerahkan bantuan kepada phak keluarga korban, yang dananya didapatkan dari hasil pertunjukan sebesar Rp.23.215.000,00. Yang nantinya sumbangan tersebut akan terus ditambah dari sumbangan sukarela dari komunitas yang masih dalam tahap pengumpulan. Marison (orang tua korban) dalam kesempatan tersebut mengatakan: "Cobaan ini sudah dapat kami terima, siapa yang mampu menghalanginya dan menghentikannya. Dan untuk Beside, agar tidak berhenti di tengah jalan, teruslah berkarya" statement yang sangat bijak tersebut disambut kontan dengan standing applause dari semua pihak yang ada di dalam gedung. Koor dan tepuk tangan yang panjang, membuat suasana harus saat itu. Banyak yang menenteskan air mata. Semangat anak muda Bandung yang berbaur untuk terus bisa berksenian tumpah ruah saat itu. Dengan harapan lahirnya pemikiran, pemahaman, semangat dan fasilitas baru bagi mereka. Setelah dialog forum selesai, acara dilanjutkan dengan renungan doa bersama untuk 11 korban tewas tragedi AACC. Lalu dilanjut dengan menghadiri gedung AACC untuk melakukan doa dan tabur bunga. Ya, Kota Bandung boleh berkabung, namun semangat dan pelajaran yang bisa dipetik untuk masa depan, haruslah terus terealisasikan!
 

Site Info

Related Posts with Thumbnails

Followers

Thinking Positive, Thinking Out of The Box Copyright © 2010 Blogger Template Sponsored by Trip and Travel Guide