MusicPlaylistView Profile
Create a playlist at MixPod.com

Friday, March 07, 2008

URGENT: Bandung Sangat Membutuhkan Gedung atau Tempat yang Layak Untuk Anak Muda Dalam Berkesenian dan Berekspresi

Seperti kita ketahui semua, berita yang memilukan dalam dunia musik di Indonesia menyebar pesat sedunia, ketika 11 anak muda tewas setelah usai menonton konser launching album dari Beside yang diselenggarakan pada tanggal 9 Februari 2008 di gedung Asia Africa Cultural Center (AACC) Bandung. Kejadian tersebut sebenarnya terjadi setelah konser sukses dan selesai dengan aman. Namun insiden terjadi ketika massa yang di dalam gedung ingin keluar, sedangkan massa diluar gedung yang belum tahu acara sudah selesai, memaksa untuk masuk. Dan terjadilah hal yang tidak diinginkan oleh semua pihak. Insiden masa yang berdesakan dengan berlawanan arah mengakibatkan 11 penonton tewas. 9 di tempat dan 2 di rumah sakit. Namun bagaimanapun juga, dengan tragedi tersebut, sudah semestinya lahir ide, pemikiran dan pemahaman-pemahaman baru untuk dapat merakit solusi satu persatu dari semua pihak.

Bandung, Dago Tea House, 16 Februari 2008 adalah tempat dan waktu dimana pihak-pihak yang terlibat dan peduli berkumpul di satu forum. Forum tersebut diberi nama ; "TOR Equal Fest 2008: Malam Seribu Lilin Untuk Korban Insiden Sabtu Kelabu". Acara tersebut adalah dalam rangka menyikapi insiden Sabtu Kelabu yang menelan 11 korban nyawa dalam konser launching album kelompok band Beside. Acara ini juga diharapkan dapat menjadi forum rekonsiliasi yang membangun pemahaman baru akan kultur anak muda di kota Bandung. Selain itu, acara ini diharapkan dapat menjadi momentum pembelajaran atas insiden yang terjadi. Bagaimanapun harus diakui bahwa perkembangan komunitas dan musik underground di kota Bandung telah menjadi pergerakan kultur baru yang mampu melahirkan karya dan kesempatan ekonomi baru di kalangan anak muda kota Bandung.

Acara saat itu berlangsung cukup hikmat dan mendapat apresiasi yang luar biasa dengan penuhnya kursi yang di sediakan di dalam gedung Dago Tea House. Terlihat berbagai media dan berbagai elemen masyarakat hadir dalam forum tersebut. Yang menjadi pembicara dalam forum tersebut adalah: Gustaff Iskandar (MC), Kimung & Addy Handi (perwakilan komunitas Ujung Berung Rebels), Dr. Teddy Hidayat (Psikiater RSHS), Tisna Sanjaya (seniman lukis senior/budayawan), Marison (perwakilan orang tua korban), Drs. H.I Budhyana, M,Si (Kadisbudpar Jabar), Yesmil Anwar (Pakar hukum Unpad Bandung). Forum ini juga diisi oleh pertunjukan dari Anak Jalanan Rumah Musik Harry Roesli (RMHR), Pembacaan Puisi dari perwakilan komunitas, Perwakilan Hip-hop Bandung dan penampilan dari Homogenic. Pada pembukaan, Addy Handi (dikenal juga sebagai vokalis Forgotten), menyentil bahwa "komunitas saat ini juga terlalu sibuk dengan dirinya masing-masing. Sibuk membicarakan bahan kaos apa yang sedang laku di pasaran, sablon seperti apa yang sedang bagus, bagaimana membuat musik kita laku, tanpa memikirkan bahwa komunitas kita semakin membesar dan tidak teredukasi. Di akhir 90'an komunitas masih aktif membuat edukasi melalui media zine atau newsletter, namun sekarang komunitas lebih sibuk dengan hal-hal yang lebih materiil". Sebuah pembukaan yang cukup "membangunkan" dan "mengingatkan" komunitas underground/indie untuk kembali memberikan edukasi kepada "scene"-nya. Boleh kita mengejar materi, tapi jangan juga melupakan darimana kita berasal dan apa saja yang harus kita kontribusikan kepada roots kita. Clothing, acara musik, dan hal-hal yang berada di kultur indie bisa besar seperti sekarang itu berawal karena pergerakan dari musik dan teman-teman band yang peduli dalam membesarkan scene. Untuk itu, setiap individu yang peduli terhadap scene indie/underground ada baiknya memelihara dan terus meningkatkan kualitas intelejensi agar supaya scene ini tetap lestari dan berkembang. Menurut bapak Tisna Sanjaya, tekad pembangunan seni pertunjukan sendiri tersebut harus muncul dan datangnya dari kalangan dan pelaku seni. "Dengan pembangunan seperti itu, kita akan bebas berekspresi tanpa harus menunggu dan menanti akan adanya gedung pertunjukan yang selalu dijanjikan pemerintah". Yesmil juga mengungkapkan bahwa tragedi yang sudah lalu bukanlah sebuah kriminalitas, namun lebih kepada kelalaian. Musibah ini adalah konteks budaya, jadi kita harus menghadapinya bersama-sama.

Sangat disayangkan juga, acara ini tidak di hadiri oleh pihak dari Kapolda Jawa Barat. Padahal forum ini akan sangat efektif apabila dihadiri oleh Kapolda Jawa Barat, mengingat kejadian ini harus ditanggung bersama-sama dan diharapkan dengan forum ini, segala solusi bisa terungkap dan memperjelas birokrasi kedepannya yang harus di laksanakan oleh para penyelenggara acara di Bandung. Kepala Dinas Kebudayaan dan Pariwisata Jabar Budhyana mengakui, pemerintah belum mempunyai fasilitas yang memadai untuk menyalurkan potensi kawula muda. Menurutnya, selain fasilitas, regulasi juga harus diperbaiki. Bebi, mewakili Beside juga mengukapkan keprihatinannya atas kejadian yang terjadi. Kejadian yang benar-benar diluar dugaan dan tidak diharapkan juga oleh semua pihak, terus berbekas dan menghantui pihak Beside. Untuk itu, Bebi mengatakan kepada forum "semoga masyarakat tidak jijik melihat kami, karena ini semua diluar kuasa kami" dengan suara yang lirih. Ya, tentunya masyarakat seharusnya bisa membuka pikirannya dengan kejadian "force major" tersebut. Dalam kesempatan itu juga, perwakilan dari Beside dan Solidaritas Independent Bandung menyerahkan bantuan kepada phak keluarga korban, yang dananya didapatkan dari hasil pertunjukan sebesar Rp.23.215.000,00. Yang nantinya sumbangan tersebut akan terus ditambah dari sumbangan sukarela dari komunitas yang masih dalam tahap pengumpulan. Marison (orang tua korban) dalam kesempatan tersebut mengatakan: "Cobaan ini sudah dapat kami terima, siapa yang mampu menghalanginya dan menghentikannya. Dan untuk Beside, agar tidak berhenti di tengah jalan, teruslah berkarya" statement yang sangat bijak tersebut disambut kontan dengan standing applause dari semua pihak yang ada di dalam gedung. Koor dan tepuk tangan yang panjang, membuat suasana harus saat itu. Banyak yang menenteskan air mata. Semangat anak muda Bandung yang berbaur untuk terus bisa berksenian tumpah ruah saat itu. Dengan harapan lahirnya pemikiran, pemahaman, semangat dan fasilitas baru bagi mereka. Setelah dialog forum selesai, acara dilanjutkan dengan renungan doa bersama untuk 11 korban tewas tragedi AACC. Lalu dilanjut dengan menghadiri gedung AACC untuk melakukan doa dan tabur bunga. Ya, Kota Bandung boleh berkabung, namun semangat dan pelajaran yang bisa dipetik untuk masa depan, haruslah terus terealisasikan!

0 Testimonials:

Post a Comment

Silahkan berkomentar semau kamu..
Tapi yang sesuai dengan topik yaa...

 

Site Info

Related Posts with Thumbnails

Followers

Thinking Positive, Thinking Out of The Box Copyright © 2010 Blogger Template Sponsored by Trip and Travel Guide